DEMOKRASI dan AMAL ISLAMI
Untukmu Pemuda : Beramal
saleh di alam demokrasi
Oleh : Iman
Priatna Rahman
Pusat Studi & Pemberdayaan Kawula Muda Kuningan
PUSPA
KAMUNING
Demokrasi
dan Konsep Islam
Banyak teori dan
definisi tentang demokrasi. Hadir pula pemuja dan penolaknya sesuai argumentasinya masing-masing. Namun, kita sepakat bahwa demokrasi adalah sebuah teori dan kesepakatan atau sistem yang
dihasilkan oleh akal kolektif manusia. Manusia hari ini tentunya. Sehingga kita
tidak perlu heran bila dikemudian hari ada teori dan kesepakatan baru lainnya.
Karena produk manusia itu nisbi, tidak kekal dan datangnya bukan dari al kholiq.
Secara mendasar perbedaan demokrasi (sekuler) dengan konsep politik
Islam terletak pada pandangan tentang siapa pemegang kedaulatan. Konsep
demokrasi sekuler menempatkan kedaulatan di tangan rakyat, mereka mengusung
jargon suara rakyat adalah suara Tuhan.
Sementara dalam
konsep Islam, kedaulatan sepenuhnya di tangan Tuhan (Alloh SWT) dan suara Tuhan
harus menjadi suara rakyat. Implikasinya, hukum dalam demokrasi sekuler
merupakan nota kesepakatan bersama yang dihasilkan melalui konstitusi,
sedangkan dalam Islam, hukum itu sudah tersedia dengan cuma-cuma dari Alloh
(given) dan adalah tugas konstitusi untuk merealisasikannya.
Namun,
meski perbedaannya sangat mendasar tetapi titik temu keduanya pun sangat
mendasar. Yaitu pada konsep partisipasi. Konsep ini
memberikan posisi yang kuat kepada masyarakat terhadap negara dan mengunggulkan
akal kolektif atas akal individu.
Pemberdayaan
masyarakat terhadap negara berlandaskan nilai-nilai kebebasan dan hak asasi
manusia, sedangkan keunggulan kolektif berbasis pada upaya mengubah keragaman
menjadi sumber kekuatan, kreativitas dan produktifitas. Karenanya, demokrasi
memberikan implikasi yang kuat terhadap proses pemberdayaan masyarakat.
Menurut para
penggiatnya, demokrasi adalah sistem yang disusun untuk mewadahi heterogenitas.
Para pakar teori konflik pun menyatakan bahwa, konflik adalah bagian yang tak
terpisahkan (inhern) dalam kehidupan sosial politik dan mengekspresikan
heterogenitas tersebut. Semakin heterogen maka potensi konflik semakin rumit.
Salah satu titik perbedaan dalam masyarakat terletak pada keragaman ide, aliran
pemikiran dan ideologi, nilai dan kepercayaan, atau semua yang kita sebut
dengan produk akal manusia.
Memahami dan Memanfaatkan Demokrasi
Penjelasan inilah
yang mendasari sikap kita terhadap demokrasi. Sejarah telah menjelaskan bahwa
penjajahan eropa terhadap dunia Islam, munculnya penguasa-penguasa tiran dan
pemerintahan represif setelah kemerdekaan, telah mematikan potensi umat secara
keseluruhan. Faktanya pula, negara-negara imperialis barat secara sistematis
membentuk dan mempertahankan pemerintahan militer di negara-negara Islam dengan
maksud itu. Maka, di atas wilayah geografis yang sangat luas, sumber daya alam
yang sangat kaya, dan sumber daya manusia yang sangat banyak, kaum muslimin
menjadi masyarakat paling miskin, paling bodoh, dan paling terbelakang di
dunia.
Berangkat dari
titik temu konsep partisipasi antara Islam dan demokrasi serta kenyataan
sejarah akan potensi umat yang tidak
terberdayakan, maka kita berkesimpulan bahwa; demokrasi adalah sarana
dan pintu masuk bagi kekuatan amal Islami atau pemuda khususnya untuk
memberdayakan dirinya, masyarakat dan negara serta selanjutnya berpartisipasi
dan berkontribusi dalam membangun peradaban bumi.
Mungkin kita perlu
sedikit memahami ungkapan seorang ulama yang mengatakan bahwa; walaupun
demokrasi bukan sistem Islam, tapi
inilah sistem politik modern yang lebih dekat dengan Islam. Dimana
mekanisme syuro umpanya, mendapat tempat dalam mencari mufakat untuk
kemaslahatan bersama. Pun, keunggulan kolektif (produktifitas kejamaahan) yang
diklaim sebagai kehebatan produk demokrasi sesungguhnya sudah ada sejak lama dalam
konsep Islam.
Implikasi Demokrasi
Semua orang bebas,
adalah keniscayaan demokrasi. Kebebasan adalah nilai utama yang menyangga
demokrasi. Setiap entitas, termasuk entitas nilai, punya hak (kebebasan) untuk
hidup. Setiap individu dalam masyarakat demokrasi sama dengan individu yang
lain. Semua sama-sama bebas untuk berpikir, berekspresi, bertindak dan memilih
jalan hidup. Tidak boleh ada rasa takut, tidak boleh ada tekanan terutama dari
militer. Kebebasan hanya dibatasi oleh kebebasan yang sama.
Fungsi negara yang
menganut demokrasi adalah memfasilitasi masyarakat untuk hidup bersama secara
damai. Negara bertugas untuk melindungi setiap individu atau entitas untuk
hidup menurut cara mereka. Negara bekerja atas dasar kesepakatan bersama antar
warga negara, sesuatu yang kita sebut konstitusi, undang-undang atau hukum.
Demokrasi juga
membuat ekonomi menuntut hadirnya pasar bebas. Lalu lintas barang, jasa dan
manusia menjadi bebas dan tanpa batas. Ekonomi modern menjadi borderless world (dunia tanpa batas)
secara teritorial, regulasi dan nilai. Semua pergerakan tadi tunduk pada hukum supply and demand. Semua barang dan jasa
harus bisa diperdagangkan selama ada permintaan pasar.
Menikmati Berkah Demokrasi
Maka semua orang
menikmati demokrasi. Dengannya para kapitalis memiliki akses ke semua sudut
pasar potensial. Para buruh juga mendapatkan payung politik yang memberi
perlindungan hak-hak dan kebebasan bekerja. Para politisi pun bermunculan
seiring menjamurnya partai politik. Kelompok minoritas dalam semua bentuknya,
termasuk minoritas nilai (bahkan yang menyimpang) juga mendapatkan haknya untuk
hidup.
Dakwah Islam pun
mendapatkan berkah demokrasi, disini para dai dan atau penggerak amal Islami
menemukan kebebasan untuk bertemu dan berinteraksi secara terbuka dan langsung
dengan semua objek dakwah. Para pemuda pun mendapatkan ruang untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri berpartisipasi dalam mengelola
masyarakat dan bahkan negara. Otoritarianisme dan kediktatoran membuat kita
tidak bisa bernapas lega. Karena disini tidak ada tempat bagi ekspresi yang
lepas.
Pertarungan Demokrasi
Dalam masyarakat
atau negara demokrasi maka yang berlaku bukan
hukum benar-salah, tapi hukum legalitas. Sesuatu itu harus legal, walaupun salah. Dan, sesuatu yang benar tapi
tidak legal adalah salah. Begitulah aturan main demokrasi. Karena itu
masyarakat demokrasi cenderung bersifat eufemistis, longgar dan tidak mengikat.
Dan kita tahu, bahwa dalam alam
demokrasi pelaku kemungkaran pun mendapatkan porsi yang sama untuk meretas
jalan munkar. Bila mereka mendapatkan legalitas untuk menyemai kemunkaran maka
dapat dibayangkan akibat dahsyat yang ditimbulkannya.
Demokrasi
adalah pasar raksasa yang menampung semua produk ide dan gagasan. Dan, gagasan
yang paling berbahaya dan mungkin bisa menghancurkan kehidupan umat manusia,
bisa laku di pasar ini. Maka demokrasi adalah medan pertempuran baru antara al haq wal batil. Secara riil, medan
pertarungan itu terletak pada dunia pemikiran, gagasan, ideologi, budaya atau
cara, sistem, nilai-nilai dan seterusnya.
Unggul di Era Demokrasi
Kekuatan amal
Islami dan semua pendukung al haq termasuk pemuda harus segera
melengkapi semua syarat untuk memenangkan pertarungan di era demokrasi. Hingga
kapasitas harus bertemu dengan efektifitas baik skala individu maupun kolektif.
Atau, agar kebenaran berpadu dengan
legalitas. Agar sesuatu yang benar dalam
pandangan agama menjadi legal dalam pandangan hukum positif. Agar moralitas
segera menjadi sendi dan ruh dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Hal lain, mayoritas
adalah salah satu ukuran dalam demokrasi. Maka eksistensi kekuatan amal islami
dan semua pendukung al haq termasuk pemuda itu harus mayoritas atau menjadi
kekuatan kuantitatif. Karena, dalam masyarakat demokrasi kekuatan kualitatif
sebuah kelompok harus dapat dibuktikan secara kuantitatif.
Di alam demokrasi,
konsep Islam diuji secara teori dan aplikasi. Masyarakat menanti kontribusi
riil solusi Islam dalam kehidupan (semua aspek), karena secara teori mereka
sesungguhnya sudah mengenal kebenaran Islam. Maka, secara individu Islam harus
menjadi identitas dan paradigma yang membentuk karakter, secara kolektif harus
menjadi entitas, organisasi atau jaringan yang kuat dan efektif menghadang dan
bahkan mengalahkan kemungkaran.
Inilah mengapa alam
demokrasi menjadi semacam arena pertarungan peradaban yang sesungguhnya.
Oleh karenanya, mari
menjadi muslim yang memiliki integritas pribadi yang mumpuni. Mari segera berhimpun
menjalin sinergi agar semua manusia mendapatkan maslahat atas kehadiran kita,
bi idznillah.
Amin ya robbal
‘alamin.
Wallahu ‘alam
bishawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar