Jumat, 27 April 2012

demokrasi & amal islami


DEMOKRASI dan AMAL ISLAMI
Untukmu Pemuda : Beramal saleh di alam demokrasi



Oleh : Iman Priatna Rahman
Pusat Studi & Pemberdayaan Kawula Muda Kuningan
PUSPA KAMUNING
Demokrasi dan Konsep Islam
Banyak teori dan definisi tentang demokrasi. Hadir pula pemuja dan penolaknya sesuai argumentasinya masing-masing. Namun, kita sepakat bahwa demokrasi adalah sebuah teori dan kesepakatan atau sistem yang dihasilkan oleh akal kolektif manusia. Manusia hari ini tentunya. Sehingga kita tidak perlu heran bila dikemudian hari ada teori dan kesepakatan baru lainnya. Karena produk manusia itu nisbi, tidak kekal dan datangnya bukan dari al kholiq.
Secara mendasar perbedaan demokrasi (sekuler) dengan konsep politik Islam terletak pada pandangan tentang siapa pemegang kedaulatan. Konsep demokrasi sekuler menempatkan kedaulatan di tangan rakyat, mereka mengusung jargon suara rakyat adalah suara Tuhan.
Sementara dalam konsep Islam, kedaulatan sepenuhnya di tangan Tuhan (Alloh SWT) dan suara Tuhan harus menjadi suara rakyat. Implikasinya, hukum dalam demokrasi sekuler merupakan nota kesepakatan bersama yang dihasilkan melalui konstitusi, sedangkan dalam Islam, hukum itu sudah tersedia dengan cuma-cuma dari Alloh (given) dan adalah tugas konstitusi untuk merealisasikannya.
Namun, meski perbedaannya sangat mendasar tetapi titik temu keduanya pun sangat mendasar. Yaitu pada konsep partisipasi. Konsep ini memberikan posisi yang kuat kepada masyarakat terhadap negara dan mengunggulkan akal kolektif atas akal individu.
Pemberdayaan masyarakat terhadap negara berlandaskan nilai-nilai kebebasan dan hak asasi manusia, sedangkan keunggulan kolektif berbasis pada upaya mengubah keragaman menjadi sumber kekuatan, kreativitas dan produktifitas. Karenanya, demokrasi memberikan implikasi yang kuat terhadap proses pemberdayaan masyarakat.
Menurut para penggiatnya, demokrasi adalah sistem yang disusun untuk mewadahi heterogenitas. Para pakar teori konflik pun menyatakan bahwa, konflik adalah bagian yang tak terpisahkan (inhern) dalam kehidupan sosial politik dan mengekspresikan heterogenitas tersebut. Semakin heterogen maka potensi konflik semakin rumit. Salah satu titik perbedaan dalam masyarakat terletak pada keragaman ide, aliran pemikiran dan ideologi, nilai dan kepercayaan, atau semua yang kita sebut dengan produk akal manusia.

Memahami dan Memanfaatkan Demokrasi
Penjelasan inilah yang mendasari sikap kita terhadap demokrasi. Sejarah telah menjelaskan bahwa penjajahan eropa terhadap dunia Islam, munculnya penguasa-penguasa tiran dan pemerintahan represif setelah kemerdekaan, telah mematikan potensi umat secara keseluruhan. Faktanya pula, negara-negara imperialis barat secara sistematis membentuk dan mempertahankan pemerintahan militer di negara-negara Islam dengan maksud itu. Maka, di atas wilayah geografis yang sangat luas, sumber daya alam yang sangat kaya, dan sumber daya manusia yang sangat banyak, kaum muslimin menjadi masyarakat paling miskin, paling bodoh, dan paling terbelakang di dunia.
Berangkat dari titik temu konsep partisipasi antara Islam dan demokrasi serta kenyataan sejarah akan potensi umat yang tidak  terberdayakan, maka kita berkesimpulan bahwa; demokrasi adalah sarana dan pintu masuk bagi kekuatan amal Islami atau pemuda khususnya untuk memberdayakan dirinya, masyarakat dan negara serta selanjutnya berpartisipasi dan berkontribusi dalam membangun peradaban bumi. 
Mungkin kita perlu sedikit memahami ungkapan seorang ulama yang mengatakan bahwa; walaupun demokrasi bukan sistem Islam, tapi  inilah sistem politik modern yang lebih dekat dengan Islam. Dimana mekanisme syuro umpanya, mendapat tempat dalam mencari mufakat untuk kemaslahatan bersama. Pun, keunggulan kolektif (produktifitas kejamaahan) yang diklaim sebagai kehebatan produk demokrasi sesungguhnya sudah ada sejak lama dalam konsep Islam. 

Implikasi Demokrasi
Semua orang bebas, adalah keniscayaan demokrasi. Kebebasan adalah nilai utama yang menyangga demokrasi. Setiap entitas, termasuk entitas nilai, punya hak (kebebasan) untuk hidup. Setiap individu dalam masyarakat demokrasi sama dengan individu yang lain. Semua sama-sama bebas untuk berpikir, berekspresi, bertindak dan memilih jalan hidup. Tidak boleh ada rasa takut, tidak boleh ada tekanan terutama dari militer. Kebebasan hanya dibatasi oleh kebebasan yang sama.
Fungsi negara yang menganut demokrasi adalah memfasilitasi masyarakat untuk hidup bersama secara damai. Negara bertugas untuk melindungi setiap individu atau entitas untuk hidup menurut cara mereka. Negara bekerja atas dasar kesepakatan bersama antar warga negara, sesuatu yang kita sebut konstitusi, undang-undang atau hukum.
Demokrasi juga membuat ekonomi menuntut hadirnya pasar bebas. Lalu lintas barang, jasa dan manusia menjadi bebas dan tanpa batas. Ekonomi modern menjadi borderless world (dunia tanpa batas) secara teritorial, regulasi dan nilai. Semua pergerakan tadi tunduk pada hukum supply and demand. Semua barang dan jasa harus bisa diperdagangkan selama ada permintaan pasar.

Menikmati Berkah Demokrasi
Maka semua orang menikmati demokrasi. Dengannya para kapitalis memiliki akses ke semua sudut pasar potensial. Para buruh juga mendapatkan payung politik yang memberi perlindungan hak-hak dan kebebasan bekerja. Para politisi pun bermunculan seiring menjamurnya partai politik. Kelompok minoritas dalam semua bentuknya, termasuk minoritas nilai (bahkan yang menyimpang) juga mendapatkan haknya untuk hidup.
Dakwah Islam pun mendapatkan berkah demokrasi, disini para dai dan atau penggerak amal Islami menemukan kebebasan untuk bertemu dan berinteraksi secara terbuka dan langsung dengan semua objek dakwah. Para pemuda pun mendapatkan ruang untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri berpartisipasi dalam mengelola masyarakat dan bahkan negara. Otoritarianisme dan kediktatoran membuat kita tidak bisa bernapas lega. Karena disini tidak ada tempat bagi ekspresi yang lepas.

Pertarungan Demokrasi
Dalam masyarakat atau negara demokrasi maka yang berlaku bukan hukum benar-salah, tapi hukum legalitas. Sesuatu itu harus legal, walaupun salah. Dan, sesuatu yang benar tapi tidak legal adalah salah. Begitulah aturan main demokrasi. Karena itu masyarakat demokrasi cenderung bersifat eufemistis, longgar dan tidak mengikat. Dan kita  tahu, bahwa dalam alam demokrasi pelaku kemungkaran pun mendapatkan porsi yang sama untuk meretas jalan munkar. Bila mereka mendapatkan legalitas untuk menyemai kemunkaran maka dapat dibayangkan akibat dahsyat yang ditimbulkannya.
Demokrasi adalah pasar raksasa yang menampung semua produk ide dan gagasan. Dan, gagasan yang paling berbahaya dan mungkin bisa menghancurkan kehidupan umat manusia, bisa laku di pasar ini. Maka demokrasi adalah medan pertempuran baru antara al haq wal batil. Secara riil, medan pertarungan itu terletak pada dunia pemikiran, gagasan, ideologi, budaya atau cara, sistem, nilai-nilai dan seterusnya. 

Unggul di Era Demokrasi
Kekuatan amal Islami dan semua pendukung al haq termasuk pemuda harus segera melengkapi semua syarat untuk memenangkan pertarungan di era demokrasi. Hingga kapasitas harus bertemu dengan efektifitas baik skala individu maupun kolektif.  Atau, agar kebenaran berpadu dengan legalitas. Agar sesuatu yang benar dalam pandangan agama menjadi legal dalam pandangan hukum positif. Agar moralitas segera menjadi sendi dan ruh dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Hal lain, mayoritas adalah salah satu ukuran dalam demokrasi. Maka eksistensi kekuatan amal islami dan semua pendukung al haq termasuk pemuda itu harus mayoritas atau menjadi kekuatan kuantitatif. Karena, dalam masyarakat demokrasi kekuatan kualitatif sebuah kelompok harus dapat dibuktikan secara kuantitatif.
Di alam demokrasi, konsep Islam diuji secara teori dan aplikasi. Masyarakat menanti kontribusi riil solusi Islam dalam kehidupan (semua aspek), karena secara teori mereka sesungguhnya sudah mengenal kebenaran Islam. Maka, secara individu Islam harus menjadi identitas dan paradigma yang membentuk karakter, secara kolektif harus menjadi entitas, organisasi atau jaringan yang kuat dan efektif menghadang dan bahkan mengalahkan kemungkaran.
Inilah mengapa alam demokrasi menjadi semacam arena pertarungan peradaban yang sesungguhnya.
Oleh karenanya, mari menjadi muslim yang memiliki integritas pribadi yang mumpuni. Mari segera berhimpun menjalin sinergi agar semua manusia mendapatkan maslahat atas kehadiran kita, bi idznillah.
Amin ya robbal ‘alamin.

Wallahu ‘alam bishawab.

Tidak ada komentar: